Selasa, 19 Februari 2013

RANCANGAN STANDARD OPERATIONAL PROSEDURE (SOP) LABORATORIUM


RANCANGAN STANDARD OPERATIONAL PROSEDURE (SOP)
LABORATORIUM TERPADU SMP DAN SMA INSAN CENDEKIA MADANI BSD








I.                   KESELAMATAN DAN KEAMANAN KERJA (K3)
DI LABORATORIUM TERPADU

1.      Pengguna laboratorium harus mendapatkan izin menggunakan laboratorium dari laboran yang bertugas atau guru  bidang studi.
2.      Tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan praktik sendirian di laboratorium.
3.      Pengguna laboratorium harus menggunakan alat pelindung diri (APD) yang telah terstandar.
4.      Pengguna laboratorium hendaknya telah mengetahui lokasi sumber listrik, air, gas dan dapat menggunakannya dengan benar di laboratorium.
5.      Pengguna laboratorium tidak diperkenankan makan dan minum kecuali ada instruksi tertentu dari guru bidang studi.
6.      Pengguna laboratorium hendaknya mengetahui letak alat pemadam kebakaran dan dapat menggunakannya dengan benar.
7.      Guru bidang studi yang ingin menggunakan laboratorium harus mengisi agenda penggunaan ruang laboratorium.
8.      Sebelum bekerja, pengguna laboratorium atau guru yang bersangkutan harus mengisi agenda peminjaman alat dan bahan laboratorium serta ceklist pengembalian alat.
9.      Pengguna laboratorium harus memperhatikan kelengkapan alat dan bahan yang telah disediakan petugas laboratorium di meja praktikum. Alat yang belum lengkap harus dilaporkan ke petugas laboratorium.
10.  Penggunaan alat dan bahan praktikum harus dipergunakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
11.  Periksa alat yang akan dipergunakan sebelumnya, karena kerusakan alat adalah tanggung jawab pemakainya.
12.  Penggunaan alat dan bahan harus dilaksanakan dengan hati-hati. Jika ada alat yang belum diketahui cara pemakaiannya, pengguna harus membaca SOP alat atau bertanya kepada petugas laboratorium atau guru yang bersangkutan.
13.  Alat-alat laboratorium yang rusak selama praktikum harus dilaporkan kepada petugas laboratorium.
14.  Jika bahan kimia terkena kulit atau mata, cucilah dengan air yang banyak dan segera lapor kepada petugas laboratorium.
15.  Presepsikan bahwa semua bahan kimia adalah berbahaya.
16.  Gunakan lemari asap sewaktu mereaksikan bahan kimia yang menghasilkan gas atau senyawa menguap lainnya.
17.  Dilarang membuang bahan kimia sisa percobaan atau bahan lain yang memungkinkan merusak dan tersumbatnya saluran pembuangan air. Pembuangan bahan kimia harus dengan perlakuan pengenceran.
18.  Dilarang mengambil bahan kimia langsung dari botol induk atau mengembalikan bahan kimia layak pakai ke botol induk.
19.  Bahan kimia bekas pakai pada praktikum harus ditampung dalam botol gelas dan diberi label jelas.
20.  Setelah selesai bekerja, alat-alat dan meja praktikum harus dalam keadaan bersih.
21.  Ketika memanaskan cairan dalam tabung reaksi, jangan menghadapkan mulut tabung tersebut ke arah orang lain yang berdekatan.




II PEDOMAN PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN
DI LABORATORIUM

     Pergunakan alat pembakar (bunsen, burner, heater atau hot plate) harus dilakukan dengan benar dan dijauhkan dengan bahan kimia bertitik didih rendah atau mudah terbakar. Sumber kebakaran dapat disebabkan oleh bunsen yang menyala kembali tanpa sepengetahuan, api biru yang tidak tampak, kasa yang digunakan di alas kaki tiga masih panas, pelarut yang mudah terbakar, listrik dan percikan api listrik, oksidator kuat, serta gas yang mudah terbakar.

Klasifikasi api pada kebakaran:
1.      Kelas A: disebabkan oleh kayu, kertas, kain, karet, plastik
2.      Kelas B: disebabkan oleh cairan mudah terbakar, seperti benzena, alkohol dll
3.      Kelas C: disebabkan oleh listrik
4.      Kelas D: disebabkan oleh logam
Tipe alat pemadam kebakaran:
1.      Semprotan air dilengkapi dengan selang karet
2.      Pemadam api asam-soda berisi larutan natrium bikarbonat dan asam sulfat secara terpisah, saat diperlukan kedua zat ini dicampurkan dan menimbulkan pancaran cairan dan CO2
3.      Pemadam api dengan busa berisi larutan dan senyawa pembuat busa
4.      Pemadam api gas CO2 berisi CO2 dengan tekanan tinggi
5.      Pemadam api CTC (karbon tetra klorida), tetapi jarang dipergunakan kecuali di tempat terbuka karena menimbulkan gas beracun
6.      Pemadam BFC (bromo chloro difluoromethene), selimut tahan api, baik yang terbuat dari tenunan serat gelas
Pemilihan pemadam api:                                                                                                                                                                  
1.      Api Kelas A: semprot air, CO2, busa
2.      Api Kelas B: selimut tahan api, CO2, BFC, busa, serbuk
3.      Api Kelas C: putuskan arus listrik, kemudian matikan api dengan CO2 atau BFC
4.      Api Kelas D: serbuk selimut asbes, ataupun karung basah





III PENANGANAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
DI LABORATORIUM
3.1 Bahaya Kimia
A. Jenis Bahaya Kimia
     1. Bahaya      : Eksplosif pada kondisi tertentu
        Contoh       : Amonium nitrat, nitrogliserin, trinitrotoluena
        Pencegahan: Hindari benturan, gesekan, suhu tinggi dan loncatan api
        Syarat Penyimpanan:
-          Ruang dingin berventilasi
-          Jauhkan dari panas dan api
-          Hindari benturan dan gesekan

     2. Bahaya      : Mudah terbakar (flame abel)
        Contoh       : Zat dapat terbakar langsung, contoh: Alumunium alkil fosfor
                             Gas amat mudah terbakar, contoh: butana, propana
        Pencegahan: Jauhkan dari api terbuka, sumber api dan loncatan api
        Syarat Penyimpanan:
-          Ruang dingin berventilasi
-          Jauhkan dari panas dan api serta loncatan listrik
-          Sediakan alat pemadam kebakaran

     3. Bahaya      : Oksidator, dapat membakar yang lain, penyebab timbulnya api
        Contoh       : Hidrogen peroksida, kalium klorat
        Pencegahan: Hindari panas serta bahan mudah terbakar atau reduktor
        Syarat Penyimpanan:
-          Ruang dingin berventilasi
-          Jauhkan dari panas dan api serta loncatan listrik
-          Jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau reduktor


    4 . Bahaya      : Toksik, berbahaya bagi kesehatan
        Contoh       : Arsen trioksida, Raksa (II) klorida, Natrium sianida, Garam merkuri
        Pencegahan: Hindari kontak dengan kulit dan mata, hindari kontaminasi pernafasan
        Syarat Penyimpanan:
-          Suhu ruangan dingin dan berventilasi
-          Wadah bertutup dan beretiket
-          Pisahkan dari zat-zat beracun

     5. Bahaya      : Korosif serta merusak jaringan atau tubuh manusia
        Contoh       : Asam sulfat pekat, belerang dioksida, dan klorida, bromida, nitrat,  fenol,
                             NaOH, KOH
        Pencegahan: Hindari kontak dengan kulit dan mata, hindari kontaminasi pernafasan
        Syarat Penyimpanan:
-          Suhu ruangan dingin dan berventilasi
-          Wadah bertutup dan beretiket
-          Pisahkan dari zat-zat beracun

     6. Bahaya      : Menimbulkan kerusakan kecil pada tubuh manusia
        Contoh       : Piridin
        Pencegahan: Hindari kontak dengan tubuh atau hindari penghirupan
        Syarat Penyimpanan:
-          Suhu ruangan dingin dan berventilasi
-          Wadah bertutup dan beretiket

    7 . Bahaya      : Iritasi terhadap kulit, mata dan alat pernafasan
        Contoh       : Amonia, benzil klorida
        Pencegahan: Hindari kontaminasi udara pernafasan, kontak dengan kulit dan mata
        Syarat Penyimpanan:
-          Suhu ruangan dingin dan berventilasi
-          Wadah bertutup dan beretiket
B. Pencegahan Bahaya Kimia
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan praktikum kimia khususnya saat mengambil bahan kimia yang diperlukan:
1.      Cermati dengan teliti label bahan kimia yang akan diambil untuk menghindari kesalahan.
2.      Pada saat mengambil bahan padatan, tutup wadah diletakkan dalam posisi terbalik. Gunakan spatula untuk menghindari kontaminasi dan bahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia tersebut.
3.      Pada saat mengambil bahan kimia yang berupa larutan atau zat cair, tutup botol dibuka dan dipegang dengan jari tangan. Jika tidak memungkinkan untuk dipegang, diletakkan pada meja bersih dalam posisi terbalik. Larutan dipindahkan dengan mengalirkan melalui batang pengaduk atau dinding gelas agar tidak memercik. Jika diperlukan, gunakan sarung tangan karet dan kacamata pelindung.
4.      Bila harus menggunakan pipet, dipastikan pipet harus dalam keadaan bersih. Bilas pipet dengan larutan yang akan dipipet terlebih dahulu, beri label pipet sesuai dengan larutan yang telah dipindahkan dengan pipet tersebut.
5.      Botol segera ditutup setelah bahan kimia diambil agar tidak terjadi kontaminasi.
6.      Bahan kimia hendaknya diambil dengan jumlah yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan praktikum.
7.      Hindari menghisap langsung uap dari bahan kimia. Gunakan masker bila diperlukan.
8.      Simpan bahan kimia ke tempat yang diperbolehkan sesuai dengan kondisi dan sifat bahan kimia.
9.      Jika meja tempat bekerja dalam keadaan rapi, kemungkinan terjadinya kecelakaan jauh lebih kecil daripada meja tersebut penuh berisi botol-botol, bahan dan alat kimia yang lain.
10.  Bekerja di laboratorium selalu terdapat kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan. Pencegahan yang paling tepat terhadap kemungkinan bahaya adalah bekerja dengan hati-hati dan hindari bekerja sendirian di laboratorium.




3.2 Bahaya Biologis
A. Jenis Bahaya Biologis
 Mikroorganisme Pathogen
No
Jenis Mikroorganisme Pathogen
Keterangan
Contoh Mikroba
1
Mikroba pengahasil toxin
Menghasilkan toxin yang berbahaya bagi kesehatan.
Clostridium botulinum penghasil toxin botulin
2
Mikroba Pembusuk
Mikroba yang berbahaya bagi kesehatan bila makanan yang terkontaminasi termakan
E. coli, Salmonella, Stapilococcus aureus

B. Pencegahan Bahaya Biologis
   Dalam melakukan praktikum biologi, tidak terdapat banyak bahaya yang potensial bagi keselamatan praktikan, namun bekerja aman di laboratorium tetap harus dilakukan. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah bahaya biologis pada saat melakukan praktikum:
1.      Selalu mempergunakan jas laboratorium dengan benar dan tertutup.
2.      Sebelum dan setelah praktikum diwajibkan mencuci tangan dengan sanitizer tangan dan air mengalir.
3.      Selalu menjaga kebersihan bahan dan alat praktikum. Bila diharuskan bekerja secara aseptis, kemungkinan kontaminasi harus dijaga se minimal mungkin.
4.       Diwajibkan membaca dan memahami prosedur praktikum sebelum praktikum dilaksanakan.
5.      Bekerja di laboratorium selalu terdapat kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan. Pencegahan yang paling tepat terhadap kemungkinan bahaya adalah bekerja dengan hati-hati dan hindari bekerja sendirian di laboratorium.

3.3 Bahaya Fisik
A. Jenis Bahaya Fisik dan Pencegahan
     Dalam melakukan praktikum fisika, tidak terdapat banyak bahaya yang potensial bagi keselamatan praktikan. Bahaya yang mungkin terjadi adalah bahaya dari instrumen listrik, mekanik dan optik. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah bahaya fisik pada saat melakukan praktikum:
1.      Selalu mempergunakan jas laboratorium dan sepatu dengan benar dan tertutup.
2.      Diwajibkan membaca dan memahami prosedur praktikum sebelum praktikum dilaksanakan.
3.      Bekerja di laboratorium selalu terdapat kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan. Pencegahan yang paling tepat terhadap kemungkinan bahaya adalah bekerja dengan hati-hati dan hindari bekerja sendirian di laboratorium.













2 komentar: